Memilih untuk tidak bersama
Tiba-tiba pingin nulis.
kira kira pada Ramadhan 2018, di acara buka bersama yang waktu itu masih rutin diadakan antar lingkar pertemanan sosialku yang bisa dibilang sempit. Teman lelakiku, berkata padaku bahwa ia menaruh rasa kepada salah satu sahabatku. sayangnya sahabatku ini berada di tempat yang sangat jauh sekali dari kota Bandung tempat teman lelaki ku ini tinggal. Tetapi lelaki ini sungguh bertekad, ia berkata bahwa dalam waktu satu atau dua tahun ia akan sukses kemudian ia akan susul wanita pujaan hatinya ini langsung ke tempat tinggalnya dan akan ia utarakan niat tulus untuk melamar sang wanita. Aku sebagai sahabat dari si wanita dan teman si lelaki tentunya sangat mendukung. Aku bahkan berkata, "oke, nanti kalau kamu perlu seseorang untuk nemenin nyusulin si dia, aku siap berangkat."
Dua tahun berlalu, kedua insan ini menempuh jalan masing-masing dalam mengejar mimpi. Entah dalam rentang waktu itu mereka saling berkomunikasi atau tidak, yang jelas aku tau kalau pada akhirnya keduanya patah hati. Sahabatku, si wanita patah hati oleh pria pujaan hatinya dari kota tempat ia berasal. lelaki yang awalnya terlihat memberikan harapan, namun ternyata harapan itu kosong. Di sisi lain, si lelaki yang sedang menempuh karir kesuksesan nampaknya terlena oleh upaya dan mimpinya dalam mengejar sukses, sehingga apa yang dulu dikira cukup untuk bekal melamar, sekarang seolah menjadi kurang dan selalu saja kurang.
Pada akhirnya di akhir tahun 2020, si wanita menikah dengan lelaki pujaan hatinya yang dengan berani melamar dan segera menikahinya. Pernikahan, emang gak selalu mudah. Bahkan banyak pasangan yang gagal menikah hanya karena tidak tahan menjalani cobaan menjelang hari H. Dan aku tau betul, di saat saat seperti itu, kadang seorang calon pengantin seringkali merasa sendiri, seolah tidak ada yang bisa memahami dan mengerti posisinya. Ini bukan hanya perkara gugup menjelang hari pernikahan, ini juga perkara apa-apa yang masih belum selesai di dalam hati. segala keraguan yang tiba-tiba muncul atau mantan yang tiba-tiba datang kembali seolah ingin mengetuk pintu hati yang sudah tertutup untuknya. Atau bisa jadi lelaki lain yang masih mengharap kesempatan yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya.
Mungkin aku cuma terlalu perasa sehingga setiap ocehan di media sosial, setiap malam dimana kedua insan yang aku kenal ini masih terjaga. perasaanku mengatakan, "andaikan si wanita tau bahwa ada sosok laki-laki yang telah lama menjadi temannya dan menanti ingin menghalalkannya, tapi semua sudah terlambat, Tuhan sudah menunjukan jalan dan keduanya sudah memilih untuk tidak saling bersama"
Aku harap sahabat wanitaku disana bahagia bersama lelaki yang kini ia pilih sebagai suaminya. Dan aku harap teman lelakiku ini bisa menemukan pujaan hatinya yang sesuai dengan kriterianya dan dapat diterima oleh orangtuanya.
Komentar
Posting Komentar
Hello, Thank you for leaving comment in my Blog. Keep reading and hope you enjoy it :)