Distance

*First of All (FOA)
Gue mau nyoba hal baru disini.  Dan ini adalah semi fiksi yang aku tulis sendiri. Hope you'll like it. 

Alana dan Achril telah cukup lama kenal dan menjalin hubungan. Mereka telah berpacaran sejak kuliah. Sampai wisuda pun bareng. Setelah lulus, Achril bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang IT. Sayangnya Alana yang mencoba melamar ke beberapa perusahaan tetap di tolak. Hingga setahun berlalu setelah kelulusan mereka, Alana masih juga menganggur. 

"Gak apa-apa. Mungkin belum rezeki." Ucap Achril menyemangati kekasihnya setelah pengumuman hasil interview terakhir Alana keluar dan ternyata ditolak. 

"Makasih ya kamu selalu nyemangatin aku ril" ucap alana sambil memeluk kekasihnya. 

"Sayang, aku kepikiran deh, gimana kalau kamu coba buat ambil S2 aja. Gak ada salahnya kan. Lagian bukannya cewe itu harus pinter ya supaya nanti anak-anak nya juga pinter."

"Hmm.. boleh deh nanti aku coba"

Alana kemudian berbicara pada kedua orangtuanya untuk meminta izin melanjutkan study ke jenjang S2. Alana pun berkata bahwa ini permintaan dari Achril. Orangtuanya mengizinkan. 
Alana mendaftar S2 ke beberapa universitas negeri. Tapi setelah beberapa kali tes ia selalu saja gagal. Ada saja yang kurang entah itu di TOEFL, dokumen, surat rekomendasi, dan lain sebagainya. Padahal semasa kuliah dulu Alana termasuk anak yang cerdas. 

Sampai akhirnya pada satu hari Alana melihat kampusnya mengadakan program belajar ke jepang yang berlaku bagi alumni yang lulus belum lebih dari dua tahun. Alana mengambil peluang itu. 

Tanpa diduga Alana berhasil lolos bahkan dengan jalur beasiswa. Sewaktu SMA Alana memang mengambil pilihan bahasa jepang sebagai pelajaran bahasa tambahan di sekolahnya. Alana bahkan dipanggil wawancara oleh perusahaan Jepang yang kelak akan mendanai pendidikan Alana. 

Setelah wawancara selesai, Alana menyampaikan kabar baik ini pada Achril. 
Kebetulah beberapa bulan lalu Achril memang lagi sering-seringnya dinas luar kota. 

"Aku kangen banget sama kamu tau gak" ucap Achril. 
"Sama aku juga kangen. Manalagi kamu jarang banget video call aku" ucap Alana.
"Ya gak enak sayang soalnya tiap dinas luar kota atasan aku pasti sewain kamar satu. Kan gak enak kalau aku telfonan malem-malem sama kamu depan atasan" 
"Iya aku ngerti ko" ucap alana
"Ril, interview aku akhirnya sukses." Ucap Alana
"Alhamdulillah, kamu diterima kerja dimana sayang?" Tanya Achril
"Sebelumnya aku minta maaf tapi kamu jangan marah ya." 
"Ya nggak lah, masa pacar aku diterima kerja aku marah sih. Kalau pun kamu kerjanya di luar kota ya gak apa-apa kan aku jugs sering dinas luar kota siapa tau nanti mampir ke kota tempat kamu kerja" 
Alana tersenyum.
"Oke, tapi kamu janji bakal dengerin aku dulu ya sampai selesai"
"Apaan sih sayang. Ko misterius gitu, kamu mau ngerjain aku ya"
"Ril, kamu tau kan kalau kampus kita ngadain program belajar ke Jepang."
"Iya kan waktu sosialisasinya kamu dateng kan"
"Iya, nah terus aku apply ril. Dan kemarin itu aku lolos tahap terakhir yaitu interview sama pihak perusahaan di Jepang yang nanti akan danain pendidikan aku sekaligus jadi tempat aku kerja juga."
Achril terdiam. Lama banget. Sampai Alana bingung harus ngapain. 
"Ril, aku tau ini bakal sulit banget buat kita tapi." Sebelum Alana selesai bicara Achril mengajak Alana pulang. 
"Aku anter kamu pulang yah" 

Di perjalanan mereka berdua terdiam. Tidak ada satupun yang berbicara. 
Sesampainya di rumah Alana. 
"Ril, maafin aku ya"
"Na,mending kamu turun. Aku capek banget mau istirahat". 
Alana kemudian turun dari mobil Achril. Tak lama kemudian Achril langsung melajukan mobilnya. Tanpa salam, tanpa pamit. 

Beberapa bulan setelahnya hubungan Alana dan Achril semakin renggang. Achril kembali sering tugas luar kota setiap weekend kadang sampai satu bulan lamanya. 
Sampai tiba saatnya seminggu sebelum kepergian Alana ke Jepang. Tiket dan visa sudah di tangan. Tiba tiba Achril mengajak bertemu. 

"Alana, kamu udah yakin sama keputusan kamu?" Tanya Achril
"Ril, kamu tau, aku selalu berdoa sama Allah supaya rezeki kamu di permudah dan semoga kita berjodoh. Awalnya aku kira, mungkin kita memang ditakdirkan bersama, makanya aku gak dikasih kemudahan dalam pekerjaan. Mungkin Allah maunya aku jadi wanita yang di rumah dan mendukung suaminya. Sampai saat kesempatan ke Jepang itu datang."
"Bukan itu pertanyaan aku" potong achril.
"Iya aku tau. Tapi biarin aku selesai cerita dulu." Achril mengangguk. 
"Sebelum apply bahkan sebelum ikut sosialisasi aku berdoa dan aku istikharah kalau memang aku harus ke Jepang atau kalau memang kamu jodoh aku maka tunjukanlah. Bahkan setelah terkahir kita ketemu, aku terus berdoa. Aku tau ini berat buat kita, ini juga akan menyakitkan buat kita. Tapi hati aku mantap ril untuk ke Jepang."
"Yaudah kalau gitu. Mulai hari ini kita putus ya lan" ucal Achril. Alana menangis
"Ril, aku aja bisa tahan ga kontak sama kamu selama kamu dinas luar kota, masa cuma setahun di Jepang aja kamu ga bisa nunggu aku ril, ko kamu tega sama aku." 
"Alana, bukan aku ga bisa. Tapi aku juga setelah mendengar kabar dari kamu, aku juga istikharah apakah kamu jodoh aku atau bukan. Dan ternyata jawaban yang kita dapatkan sama. Mungkin memang udah jalannya. Bahkan Allah memberikan kemudahan bagi kita dengan aku yang disibukan sama pekerjaan aku sampai kita mulai sulit untuk komunikasi. Alana aku percaya kamu tau ini yang terbaik. Yang terbaik adalah bagi kita untuk berpisah" 

Dan itu adalah pertemuan terakhir Alana dengan Achril. Setahun kemudian Alana mendengar kabar bahwa Achril akan menikah. Namun pada saat yang bersamaan Alana mendapat beasiswa s2 di salah satu universitas di Jepang. Dan begitulah pada akhirnya Alana menyadari bahwa mungkin ini memang jalan yang digariskan tuhan untuknya. 

Banyak orang bisa bertahan meski LDR (long distance relationship) mengapa dia tidak. 
Banyak orang yang menganggur lama tapi kemudian menikah, mengapa Alana tidak. Mengapa Achril tidak melamar Alana segera setah mereka lulus, atau setelah Achril mendapatkan pekerjaan. 
Kalau Alana bertahan dan tidak mengambil pendidikan ke Jepang, apakah ia dan Achril akan menikah? Mungkin tidak. 

Alana tau, meskipun sempat terucap candaan Achril dulu saat meminta Alana mengambil S2 adalah karena kelak ia akan mengandung anak-anak generasi bangsa sehingga ia haruslah pintar, namun Alana sadar bayangan tentang pernikahan antara dia dan Achril hanya ada di dalam bayangan Alana. Sedangkan Achril, mungkin Achril tidak bisa melihat masa depannya bila menikah dengan Alana. Karena kalau ia bisa maka tuhan tidak mungkin membiarkan Alana menunggu dan berharap tanpa adanya kepastian. 

Alana memandang bunga sakura yang bermekaran sambil berkata. 
Wanita itu sejatinya dihalalkan atau di ikhlas kan. Tapi ia tidak menyangka kalau dalam kisahnya ia yang harus belajar lebih ikhlas, menerima takdir bahwa Achril bukanlah lelaki yang Allah pilihkan untuk Alana, dan bahwa Alana harus ikhlas melihat Achril yang lebih dahulu bertemu dengan jodohnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eight Years In One Day

Bidik Jurusan Gratis ? Youth Manual Aja

Indigo