All The Men of My Relative
My father, my brother, my uncles, and my cousins have brought me an incredible lesson and taught me many things in life.
Laki-laki dalam hidupku, telah memberikan banyak arti dan juga pengaruh dalam pertumbuhanku. Secara emosional, fisik, bahkan intelektual, mereka telah membuatku berkembang untuk menjadi pribadi yang seperti saat ini.
Dimulai dari sejak kecil, aku yang sering bermian bersama kakak-kakak sepupu laki-laki baik dari mamah maupun bapak. Mereka mengajarkanku hal-hal motorik dan membantuku untuk memiliki logika berfikir yang logis dan sistematis. Bahkan sampai saat ini aku bersyukur karena masih ada mereka di hidupku, sehingga aku masih bisa banyak belajar. Keterbatasan untuk mengepakkan sayap dan melangkah lebih jauh tidak menjadi hambatan ketika sumber informasi dan media belajar kita telah tersedia di lingkungan terdekat kita, yaitu keluarga.
Seketika saya teringat film Kartini yang bercita-cita menempuh pendidikan ke negeri Belanda seperti kakaknya Sosrokartono. Sosrokartono bagi Kartini adalah sosok yang memberinya inspirasi untuk menjadi tokoh emansipasi wanita. Selain itu dalam film biografi Kartini yang diperankan oleh Dian Sastro, Sosrokartono jugalah yang membukakan wawasan Kartini akan ilmu pengetahuan.
Bagi saya pribadi, Mufti Faisal adalah sosok Sosrokartono yang banyak mengajarkan saya mengenai hal-hal yang saya tidak tahu. Ia juga sering kali membukakan logika berpikir saya atas hal-hal yang lumrah bagi orang-orang padahal hal itu bukan hal yang teramat penting. Cara berpikirnya yang menurut saya unik, membuat saya senang berada disekitarnya, terutama ketika menghadapi suatu masalah. Ia adalah orang yang dapat memandang sebuah masalah menjadi sangat simple dengan caranya yang unik dan komentarnya yang terlalu logis. Pada beberapa hal, cara berpikirnya yang logis serta komentar logisnya, dimiliki juga oleh adik laki-laki saya, Nazal Fauzan. Dan dengan caranya yang cuek, keduanya memiliki hati yang sama-sama lembut.
Sepupu laki-laki saya adalah teman sekaligus sahabat. Tempat dimana saya bisa mencurahkan isi hati saya dan mereka dengan setia mendengarkan, meski terkadang jengkel dengan segala kelakuan dan tingkah laku saya serta cuitan saya yang tidak dapat berhenti.
Sementara paman adalah pengawas saya selain Ayah. Mereka yang senantiasa mengawasi laki-laki mana yang mendekati saya, mengawasi sejauh mana pergaulan saya, dan sejauh mana tindakan nakal saya. Mereka seringkali mengingatkan, tapi lebih banyak mengawasi dan memantau agar saya tidak kelaur dari jalur dan terjerumus ke tempat dimana saya tidak mungkin bisa kembali.
Dan Bapak, adalah sosok penjaga saya yang sebenarnya, yang bukan hanya mengawasi dan melarang, tapi juga mengarahkan. Bukan mengatur tapi mendengarkan. Tanpa beliau, dan terutama tanpa telinga beliau yang senanatiasa mendengarkan dan mau berusaha mengerti dan memahami saya, mungkin saat ini saya tidak akan berada pada kondisi sebaik ini.
Akhir kata yang bisa saya sampaikan, keluarga mungkin adalah patah hati pertama yang akan kamu alami. kamu menangis karena bertengkar dengan saudaramu, dimarahi ayahmu, bahkan ditinggalkan selamanya. Tetapi mereka jugalah obat pertama bagi patah hatimu. Keluarga adalah sahabat yang ada ketika seseorang melukaimu, laki-laki yang bisa kau peluk ketika laki-laki lain menyakitimu, itulah keluarga. Meskipun kadang mereka membuatmu jatuh dan kecewa, tapi mereka jugalah yang selalu memiliki cara untuk membuatmu bangkit kembali. Hampir seperempat abad hidupku, semua yang kutemukan, dan dari semua laki-laki yang kutemui, yang bisa memberiku pahit dan manis nya hidup, sedih kemudian senang, semua itu aku dapatkan dari laki-laki di lingkaran keluargaku.
The balances of disappoint and happiness is truly exist.
Laki-laki dalam hidupku, telah memberikan banyak arti dan juga pengaruh dalam pertumbuhanku. Secara emosional, fisik, bahkan intelektual, mereka telah membuatku berkembang untuk menjadi pribadi yang seperti saat ini.
Dimulai dari sejak kecil, aku yang sering bermian bersama kakak-kakak sepupu laki-laki baik dari mamah maupun bapak. Mereka mengajarkanku hal-hal motorik dan membantuku untuk memiliki logika berfikir yang logis dan sistematis. Bahkan sampai saat ini aku bersyukur karena masih ada mereka di hidupku, sehingga aku masih bisa banyak belajar. Keterbatasan untuk mengepakkan sayap dan melangkah lebih jauh tidak menjadi hambatan ketika sumber informasi dan media belajar kita telah tersedia di lingkungan terdekat kita, yaitu keluarga.
Seketika saya teringat film Kartini yang bercita-cita menempuh pendidikan ke negeri Belanda seperti kakaknya Sosrokartono. Sosrokartono bagi Kartini adalah sosok yang memberinya inspirasi untuk menjadi tokoh emansipasi wanita. Selain itu dalam film biografi Kartini yang diperankan oleh Dian Sastro, Sosrokartono jugalah yang membukakan wawasan Kartini akan ilmu pengetahuan.
Bagi saya pribadi, Mufti Faisal adalah sosok Sosrokartono yang banyak mengajarkan saya mengenai hal-hal yang saya tidak tahu. Ia juga sering kali membukakan logika berpikir saya atas hal-hal yang lumrah bagi orang-orang padahal hal itu bukan hal yang teramat penting. Cara berpikirnya yang menurut saya unik, membuat saya senang berada disekitarnya, terutama ketika menghadapi suatu masalah. Ia adalah orang yang dapat memandang sebuah masalah menjadi sangat simple dengan caranya yang unik dan komentarnya yang terlalu logis. Pada beberapa hal, cara berpikirnya yang logis serta komentar logisnya, dimiliki juga oleh adik laki-laki saya, Nazal Fauzan. Dan dengan caranya yang cuek, keduanya memiliki hati yang sama-sama lembut.
Sepupu laki-laki saya adalah teman sekaligus sahabat. Tempat dimana saya bisa mencurahkan isi hati saya dan mereka dengan setia mendengarkan, meski terkadang jengkel dengan segala kelakuan dan tingkah laku saya serta cuitan saya yang tidak dapat berhenti.
Sementara paman adalah pengawas saya selain Ayah. Mereka yang senantiasa mengawasi laki-laki mana yang mendekati saya, mengawasi sejauh mana pergaulan saya, dan sejauh mana tindakan nakal saya. Mereka seringkali mengingatkan, tapi lebih banyak mengawasi dan memantau agar saya tidak kelaur dari jalur dan terjerumus ke tempat dimana saya tidak mungkin bisa kembali.
Dan Bapak, adalah sosok penjaga saya yang sebenarnya, yang bukan hanya mengawasi dan melarang, tapi juga mengarahkan. Bukan mengatur tapi mendengarkan. Tanpa beliau, dan terutama tanpa telinga beliau yang senanatiasa mendengarkan dan mau berusaha mengerti dan memahami saya, mungkin saat ini saya tidak akan berada pada kondisi sebaik ini.
Akhir kata yang bisa saya sampaikan, keluarga mungkin adalah patah hati pertama yang akan kamu alami. kamu menangis karena bertengkar dengan saudaramu, dimarahi ayahmu, bahkan ditinggalkan selamanya. Tetapi mereka jugalah obat pertama bagi patah hatimu. Keluarga adalah sahabat yang ada ketika seseorang melukaimu, laki-laki yang bisa kau peluk ketika laki-laki lain menyakitimu, itulah keluarga. Meskipun kadang mereka membuatmu jatuh dan kecewa, tapi mereka jugalah yang selalu memiliki cara untuk membuatmu bangkit kembali. Hampir seperempat abad hidupku, semua yang kutemukan, dan dari semua laki-laki yang kutemui, yang bisa memberiku pahit dan manis nya hidup, sedih kemudian senang, semua itu aku dapatkan dari laki-laki di lingkaran keluargaku.
The balances of disappoint and happiness is truly exist.
Komentar
Posting Komentar
Hello, Thank you for leaving comment in my Blog. Keep reading and hope you enjoy it :)