Ethics?


kebanyakan bergaul sama seusia membuat kita kadang lupa kalau kita sudah dewasa.
kali ini saya mau share pengalaman saya selama menjadi guru pengajar non ahli sebuah TPA.
dengan modal dasar hanya ilmu agama yang pernah saya pelajari selama 9 tahun bersekolah ditambah pengajian rutin keluarga yang lebih banyak menjadi ajang silaturahmi daripada belajarnya tapi saya memberanikan diri untuk mengabdikan diri saya sebagai seorang guru. dengan harapan saya bisa membagi ilmu yang saya dapat ke anak-anak yang usianya jauh di bawah saya. bisa dibilang ini juga sekalian saya latihan menjadi orangtua.

saya mulai mengajar dari awal bulan september dengan masa persiapan satu bulan yang tidak diisi dengan pelatihan atau apapun. saya hanya tahu saya harus mengajar mengaji dan menghafal al-qur'an. minggu pertama mengajar saya masih antusias, begitu pun anak-anak. saya mencoba menerapkan metode poin penghargaan dan papan hafalan juz'amma dengan gambar anak-anak supaya lebih menarik. saya masih rada nerveous saat pertama kali mengajar namun Alhamdulillah anak-anak antusias.

minggu ke dua saya mulai disibukan dengan kegiatan pengumpulan berkas untuk sidang skripsi saya disertai serangkaian agenda besuk dan jaga keluarga saya yang operasi. agenda minggu ke dua cukup padat sehingga seringkali saya terlambat datang ke mesjid untuk mengajar. ditambah anak-anak sepertinya sudah mulai bosan dan lebih tertarik bermain. di minggu kedua kelas diwarnai keributan dan teriakan anak-anak. Alhamdulillah minggu ketiga ini saya ditemani dua rekan. namun tiga guru saja masih kewalahan menangani anak-anak usia aktif yaitu TK sampai kelas 4 SD. saya pun inisiatif untuk memberikan penghargaan ke anak-anak dengan perilaku baik tapi ternyata tidak semua anak akan bertahan dengan sikap baik ketika di kasih penghargaan. beberapa anak merasa dirinya sudah puas mendapat penghargaan dan malah mulai ngelunjak.

minggu ke tiga saya udah sangat males ngajar, namun saya paksakan karena tuntutan profesionalisme. akhirnya saya pergi mengajar dan kebetulan hari ini tidak ada pengajar kecuali saya. mengajar seorang diri itu bagai malapetaka. saya harus mengajar di dalam mesjid untuk menghindari terjadi keributan di kelas. anak anak yang mau bermain saya perbolehkan bermain di luar mesjid, namun saya menjadi lalai dan tidak bisa mengawasi anak yang bermain di luar mesjid. sempat terjadi pertengkaran kecil antar anak-anak tapi tidak sampai ada yang menangis. akhirnya setelah setengah jam pelajaran saya memutuskan memberikan pengarahan pada anak anak. dan menurut saya ini yang menarik.

kenapa menarik? karena selama dua minggu saya mencoba memposisikan diri saya sebagai teman dan juga kakak bagi anak didik saya tapi di minggu ke tiga saya mulai memposisikan diri saya sebagai orang tua bagi mereka. bagi saya itu spontan dan mengejutkan. pada minggu pertama saya masih bilang aku dan kamu, minggu ke dua saya bilang teteh dan kamu, dan pada minggu ketiga saat memulai sesi pengarahan saya bilang "kalian semua duduk yang rapi, ibu mau bicara!"
tentu sebagai seorang pengajar non-ahli saya tidak berhak membentak apalagi menyalahkan anak didik saya. tapi sebagai seorang pengajar saya wajib memberikan didikan terutama soal etika pada anak-anak. Dan itulah yang saya lakukan dengan menggunakan insting saya sebagai seorang perempuan dan seorang kakak tertua di keluarga, saya mencoba mengajar mereka duduk bersama dan membicarakan soal etika. bagaimana bersikap kepada yang lebih tua dan bagaimana bersikap kepada yang lebih muda. saya mencoba menerapkan tiga kata ajaib yaitu TOLONG, MAAF, dan TERIMA KASIH, kepada anak-anak dan mengajarkan bagaimana seharusnya saling menghargai dan menghormati dengan teman.

beberapa hari sebelumnya saya sempat berdiskusi dengan orangtua tentang hilangnya etika pada anak-anak di era milenials. saya mencoba merenung apa yang dulu saya dapatkan. dulu ketika saya bersekolah terutama saat SD, kakak kelas saya senantiasa mengingatkan saya apabila saya melakukan kesalahan, hal tersebut terjadi sampai saya SMA bahkan kuliah. banyaknya orang yang mengingatkan saya ketika saya membuat kesalahan menjadikan saya selalu kembali bercermin dan memperbaiki diri. sedangkan fenomena yang saya lihat saat ini adalah dengan terlalu banyaknya teori tentang parenting membuat orangtua terkadang hanya fokus memberikan kasih sayang tapi lupa memberikan arahan. saya ingin mencoba menerapkan kembali apa yang dulu saya dapatkan, bahwa dulu saya belajar untuk memberikan ajaran yang betul kepada yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua. semoga anak didik saya bisa menangkap maksud saya dan dengan bimbingan orang dewasa di sekitarnya mereka bisa menerapkan sikap yang baik terhadap sesama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eight Years In One Day

Bidik Jurusan Gratis ? Youth Manual Aja

Indigo