Generation Effect
Yesterday was a long day but also a best day. Yesterday was inspiration. So as the beginning for today I will share what i’ve got yesterday. FYI, This post will categorized as movie review also inspiration quote story of life.
Movie review hari ini adalah tentang film berjudul Get A Job
yang baru saya tonton. Di film itu diceritakan bahwa kehidupan setelah lulus
kuliah tidak selalu berjalan mulus sesuai rencana. Sedikit spoiler, jadi di
awal film diceritakan bagaimana generasi di Amerika selalu diberikan reward
saat mereka ada pada golden age dan kemudian ketika mereka dewasa mereka sadar
mereka tidak bisa melakukan apa-apa, dan semua reward yang dulu mereka dapatkan
hanyalah omong kosong. Golden age (0-5
tahun) adalah waktu terbaik yang kita miliki untuk berkembang. Apa yang kita
dapatkan pada masa golden age adalah cerminan diri kita masa depan. Apabila saat
golden age kita selalu mendapatkan sesuatu tanpa sudah payah, penghargaan
sekalipun kita kalah, maka kita tidak akan memahami apa itu kompetisi di masa
depan. Maka di masa depan kita baru sadar bahwa piala yang kita dapatkan saat
anak-anak bukan piala hasil perjuangan kita untuk menang, melainkan piala belas
kasih. Jadi kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan di masa depan saat kita memerlukan uang
dan perlu sebuah usaha untuk mendapatkannya. Sebaliknya, apabila pada golden
age kita terlatih untuk berkompetisi secara adil, menang dengan usaha, dan
merasakan kekalahan, bahkan bila harus menjadi seorang “loser” kita akan
belajar. Mungkin awalnya menjengkelkan, dan masa anak-anak tidak seindah apa
yang terlihat, tapi di masa depan kita tahu apa yang harus kita lakukan. Kita tau
kemana tujuan kita, apa yang kita ingin, dan kita tidak akan berhenti sampai
mendapatkannya. Jadi itulah review film Get A Job.
Salah satu hal yang jadi inspirasi penulisan ini adalah kata
“generasi”. Film get a job menunjukan sebuah potret generasi yang dididik
dengan rewarding sejak dini. Saya akan menyampaikan pandangan saya tentang
generasi 90-an (generasi saya). Generasi 90 an adalah generasi yang terlahir dari
tahun 1975 sampai 1995. Generasi 90-an di Indonesia mengalami hampir semua perubahan
lingkungan mulai dari politik (orde baru-reformasi), sosial, ekonomi, teknologi
(from pager to smartphone), bahkan mungkin geografi. Beberapa berkata bahwa
generasi kami kebanyakan tidak tahu apa yang ingin kami lakukan. Beberapa berkata
bahwa generasi kami adalah generasi yang senang melakukan apapun seenaknya dan
generasi yang sudah merasa pintar.
Well, i don’t care
what everybody says actually.
Faktanya adalah generasi 90-an adalah generasi yang mengamati
perubahan. Kita mengamati semua perubahan sepanjang hidup kita. Mulai dari
genre film kartun, sinetron, film bioskop, buku, teknologi, kehidupan sosial,
bahasa, ekonomi, terutama teknologi. Kita mengamati semua perubahan dan tanpa
sadar telah menjadi agen perubahan. Berawal dari mengamati mengapa aturan ospek
begini, mengapa ini begini, ini begitu, sampai akhirnya kita berfikir kemudian
berbincang, hingga lahirlah sebuah ide. Ide tersebut kemudian melalui proses
pematangan dalam sebuah kelompok kecil dan lalu muncul komitmen bersama. Komitmen
bersama menghasilkan aksi. Dan ide pun tereksekusi. Selama bertahun-tahun
generasi 90-an telah mengamati banyak hal dalam kehidupannya. Yang generasi
90-an dapatkan pada golden age nya adalah sebuah perubahan dan inovasi,
sehingga kita terbiasa mempelajari dan mengamati apa yang baru muncul? Apa yang
berubah? Apa bagus atau buruk. Mungkin kita tidak sadar dengan doktrin yang
menghasilkan pola pikir kita saat ini. Tapi apa yang tersaji saat generasi
90-an pada golden age, suka tidak suka, baik dan buruknya dulu kita telan
semua. Setelah kita tumbuh kenangan itu menjadi memori yang dapat kita review
setiap hari, seperti memutar video dalam memori kita. Hingga pada akhirnya otak
kita mampu menghasilkan sebuah revolusi yang inovatif. Tunggu dulu, tentu tidak
semua generasi 90-an memiliki revolusi inovatif atau tidak semua dari kita
mendapat kesempatan untuk mengeksekusi ide nya. Masalahnya adalah kadangkala
generasi sebelumnya tidak memahami pola pikir yang timbul pada generasi 90-an
atau penyampaian ide yang membuat pemahaman itu tidak muncul. sehingga yang
timbul adalah kesalah pahaman. Tapi, ketika kita tidak menyerah maka tidak ada
yang tidak mungkin.
“don’t stop think when
people shut your mouth”
Pikirkan dan pikirkan sampai kamu tahu mana yang salah mana
yang benar, bukan hanya dalam opini pribadi tapi dalam opini yang bisa
dijadikan fakta. Jadi bila kamu salah kamu bisa perbaiki dan bila benar harus
dipertahankan. Kenapa harus mengaku salah ketika kita yakin apa yang dilakukan
adalah benar? Kenapa harus mengalah?
Thrutness is a cost
and social network is a capital.
Jangan sia-siakan kepercayaan untuk hal bodoh dan perluas
jaringan anda. Good luck 90th see you on
top.
Komentar
Posting Komentar
Hello, Thank you for leaving comment in my Blog. Keep reading and hope you enjoy it :)